Ada sebersit tanya. Mengapa harus selalu aku. Yang menanggung dan bertanggung jawab. Untuk sesuatu yang bukan seharusnya menjadi tanggung jawabku.
Berkali sudah. Yang bersangkutan hanya mengatakan tidak ada, apa mau dibuat. Pasang wajah memelas tak berdaya dan lepas begitu saja. Ah, entahlah …
Padahal kalau dipikir, apa aku juga ada? Apa memang ada yang bisa kubuat? Tapi selalu atas nama nurani dan harga diri, selalu harus. Puji Tuhan, memang selalu ada jalan. Tapi tetap tak habis pikir. Betapa gampang baginya, sementara aku …
Dan kali ini, sudah bisa kupastikan bahwa kata-kata itu yang akan muncul …
Ah, kalau menuruti akal sehat, sebenarnya jenuh sudah. Bahkan membuat sakit kepala. Eh, tahe bagianki, suratanki … meminjam istilah orang dulu …, mungkin sudah bagianku begitu.
Gassmom, 120820