Lama sudah tak menulis puisi. Sesungguhnya aku memang bukan seorang yang puitis, bukan sang wanita puisi. Itu sebabnya aku tak pernah mendalami dan konsisten.
Puisi muncul di benak ini hanya bila ada sesuatu yang mengganggu. Ada sesuatu yang mengganjal, nyaris sebagai pelampiasan. Tetapi daripada cari masalah maka pelampiasan itu aku pilih yang positif, menuangkan ke sebuah puisi. Puisi yang mungkin bagi orang lain belum layak disebut puisi karena jauh dari bahasa sastra yang katanya memukau.
Tetapi apa pedulinya dengan penilaian orang? Bukankah aku juga membuatnya hanya untuk melepaskan belenggu jiwa? Melonggarkan dada dari sesak yang menekan? Jadi yang penting adalah aku puas.
Lama sudah tak berpuisi, apakah aku baik-baik saja? Apakah memang saat ini tak ada yang harus dilepaskan?
Sesungguhnya, banyak. Banyak yang yang mengganjal saat ini. Tapi entah bagaimana tiada satu pun kata yang ingin ku tuliskan.
Entah bagaimana, rasanya ada yang menahan diri. Sebuah pemikiran untuk lebih baik. Rasanya selama ini puisi yang tercipta adalah sebuah pemojokan sepihak dan sebaliknya ada pembenaran sepihak. Saat ini, hal itu juga yang memenuhi jiwa. Rasanya tidak fair kalau aku terus menerus seperti itu.
Saat ini, aku mencoba menahan diri. Lebih ke instrospeksi diri. Apakah bertahan atau bagaimana, aku tidak tahu. Biarlah waktu yang akan menjawab.
Btw, Selamat Hari Puisi Nasional, 28 April 2020 (Memperingati wafatnya Chairil Anwar, penyair dan sastrawan legendaris Indonesia).
Gassmom, 280420